Jumat, 27 September 2013

MOUNTAINEERING



I.       Pendahuluan

Istilah mountaineering mempunyai arti yang sangat luas. Karena segala aktifitas dialam bebas (Outdoor activity) dapat dimasukkan didalamnya. Dimana  kegiatan dialam bebas itu sendiri mencakup banyak hal, antara lain berkemah, berjalan, mendaki gunung dan sebagainya. Istilah mountaineering banyak dikenal di Indonesia tetapi penjabarannya tidak sesuai dengan maksud sebenarnya. Ada yang berpendapat bahwa perjalanan pendakian gunung adalah mountaineering, karena olah raga ini muncul dari kegiatan pendakian gunung, maka tidak salah bila orang mengartikan istilah muontaineering sebagai perjalanan pendakian gunung. Ada pula yang mengatakan teknik turun tebing dengan peralatan dan tali yang disebut mountaineering. Perkembangan lebih lajut istilah ini mengarah pada aktifitas yang berhubungan dengan perjalanan atau perlintasan di alam bebas, sehingga berbagai kegiatan alam bebas masuk dalam istilah mountaineering.

II.    Pengenalan Alat Mountaineering


Dalam kegiatan Mountaineering kesiapan segala sesuatu sangatlah penting, persiapan fisik dan persiapan non fisik, seperti peralatan. Peralatan-peralatan tersebut banyak dipergunakan dalam kegiatan panjat tebing, caving, naik-turun tebing dan masih banyak lainnya. Macam-macam peralatan Mountaineering :

1.    Tali
A. Bentuk tali
Memiliki dua macam bentuk, yaitu :
-       Pipih, terdapat dua macam yaitu tubular dan non tubular.
-       Bulat, terdapat dua macam yaitu hawserlaid dan karnmantle.

B. Jenis tali
-      Hawserlaid : Menurut bahan yang dipakai, tali terbagi atas dua macam, yaitu tali serat alam (serat nenas atau manila) dan tali serat sintetis (nylon).
-      Karnmantle : Kernmantle terdiri dari dua bagian, bagian dalam kern (inti) dan bagian luar mantle (selubung), untuk jenis karmantel ini sendiri ada dua macam, yaitu :

1)    Karnmantle Dinamis
Karnmantle ini biasa digunakan dalam rock climbing, dimana bagian intinya dianyam dan lapisan luar terdiri dari anyaman yang tidak terlalu rapat, serta mempunyai daya lentur yang cukup tinggi (sampai 15 %). Ukuran tali yang biasa digunakan berdiameter 11 mm dengan panjang kurang lebih 50 m (165 feet), sering pula dipakai yang berdiameter 9 mm dengan alasan relatif lebih ringan dan cukup kuat tetapi mempunyai kelemahan mudah putus jika tergesek (friction) dengan kuat.

2)    Karnmantle statis
Karnmantle ini biasanya digunakan dalam kegiatan caving (speleologi), dimana bagian dalamnya tidak dianyam sehingga daya lenturnya rendah (kurang dari 5%), sedangkan lapisan luarnya dianyam rapat sekali sehingga air dan lumpur tidak mudah masuk kedalamnya.

3)    Karnmantle dina-statis
Karnmantle ini biasanya digunakan dalam operasi SAR, karnmantle ini merupakan gabungan antara model statis dan dinamis, sehingga memiliki daya lentur sedang (5-15%).

2. Carabiner.

Carabiner adalah sebuah alat yang berbentuk oval atau huruf D dan mempunyai pintu yang berfungsi hampir sama dengan peniti. Biasanya alat ini dibuat dari alumunium alloy dan mempunyai kekuatan yang bervariasi, biasanya kekuatan suatu carabiner telah tercantum dalam alat tersebut.

A. Menurut bentuknya karabiner terbagi 3 bentuk: :
1).  Bentuk bulat telur (oval), berbentuk oval simetris. Digunakan terutama untuk mengaitkan alat-alat bantu seperti ascender dan descender.
2)   Bentuk D, berbentuk huruf D simetri/trapezium, jenis ini merupakan pengembangan dari oval carabiner. Mempunyai sifat menanggung beban pada sisi terkuat dari carabiner.
3)   Bentuk delta, merupakan pengembangan dari D carabiner, berbentuk D tidak simetris, salah satu sisi miring melebar sehingga jarak bukaan menjadi semakin lebar, karena salah satu sisi miringnya lebih panjang/lebar maka kaitan yang dapat di tampung semakin banyak.

B.   Jenis carabiner menurut kuncian ada 2 macam, yaitu :
      -  carabiner screw gate, dengan menggunakan kunci pengaman.
      -  carabiner non screw gate, tanpa menggunakan kunci pengaman.

C.  Jenis carabiner menurut bahan memiliki dua macam, yaitu :
      -  alumunium alloy, terbuat dari campuran alumunium dan baja
      -  evernews, terbuat dari baja

3. Harnes/Tali tubuh

Fungsi dari tali tubuh adalah sebagai alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan.Ada dua jenis tali tubuh, yaitu :
     -    Seat harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
     -    Ches harnes, menahan berat badan di dada
     -    Body harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung dan paha.

Harnes ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik dan harnes yang dibuat dengan merangkai webbing. Jenis lilitan webbing ada beberapa macam, yaitu: komando, modifikasi harnes, diaper, tripel sling, lanang, wedok, ches harnest, figur 8.
4.   Sling

A. Sling memiliki dua jenis
     -    Sling buatan, sling yang dibuat dengan menggunakan lilitan webbing.
     -    Sling jadi, sling yang dibuat oleh pabrik.

B. Fungsi sling
-  sebagai penghubung
-  mengurangi gaya gesek/memperpanjang point.
-  Membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau pada piton yang        terpasang. 

5.   Ascender

Ascender atau ascending tools adalah semua alat yang digunakan untuk naik dengan bantuan tali utama (main rope).
Ascender ada berbagai macam jenis, diantaranya :
~   Prusik, teknik ini menggunakan dua potong tali yang berdiameter kurang dari 5 mm yang dikaitkan dengan tali utama dengan simpul prusik. Karena sistim ini sangat sederhana dan aman maka sistim ini banyak di gunakan.
~   Jumar, alat ini sebagai perkembangan dari prusik. Alat ini dilengkapi/dibuat bergerigi sehingga akan menjepit tali dengan amat baik ketika beban bertumpu padanya, sehingga seseorang yang menggunakannya tidak dapat melorot ke bawah. Apabila alat ini tidak mendapat beban, maka alat ini tidak lagi menjepit tali, sehingga dengan mudah digeser keatas. Dengan demikian gerakan naik ke atas lewat main rope (tali utama) dapat dilakukan dengan mudah dan baik, jauh lebih mudah daripada menggunakan simpul prusik.

6. Descender

Adalah merupakan alat bantu turun yang digunakan melalui tali.
Ada beberapa macam descender di antaranya :
a.   Eight descender (figur) : sering digunakan dalam rock climbing, mudah dalam pemasangannya, tetapi bisa membuat tali melintir dan tidak efektif kalau digunakan untuk jarak turun yang panjang.
b.   Brake bar descender : dibuat dari karabiner yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan friction pada tali. Sangat menguntungkan dalam keadaan mendesak dan tidak mengakibatkan melintir pada tali.
c.   Rack descender : tali dilewatkan pada batang-batang yang memanjang seperti rak, sangat efektif untuk jarak turun yang panjang.
d.   Capstan descender : bekerja atas dasar gesekan pada tali yang terpasamg melingkar pada dua buah capstan.
e.   Shunt : lebih dikenal sebagai peralatan speleologi tetapi bisa juga digunakan untuk kegiatan rock climbing, kegunaan utama lainnya adalah sebagai pengaman saat menuruni sumuran atau tebing yang menggantung. Shunt menjepit dengan permukaan logam yang bulat dan licin, sehingga kerusakan tali lebih kecil.
f.    Grigri : prinsip kerjanya sama dengan alat penambatan lainnya yang umum dipakai yaitu dengan membekuk suatu bagian tali sehingga mengerem lajunya. Bedanya grigri dilengkapi dengan suatu pegas mekanisme pegas, yang otomatis mengerem begitu terkena beban kejut dari pemanjat yang jatuh.
g.  autostop dan non auto prinsip kerjanya tali dililitkan/gesekkan pada dua roda yang tidak berputar yang membentuk huruf “S”, sehingga dapat turun pelan dan tidak banyak mengeluarkan tenaga untuk mengerem. Tali tidak mudah melintir bila sering di gunakan untuk alat ini, alat ini ada dua macam yaitu :
v  auto stop bila pegasnya di tekan akan meluncur turun dan akan berhenti  secara otomatis bila pegasnya tidak ditekan.
v  non auto prinsip kerjanya masih sama hanya tidak menggunakan rem otomatis, menggunakan tangan sebagai rem dan untuk mengunci.

7. Sepatu

Fungsi sepatu untuk melindungi kaki dari batuan yang diinjak, mungkin panas terkena sinar matahari atau tajamnya batuan atau tajamnya batuan. Dan juga membantu pemanjat dalam menginjak bagian yang licin.

Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
-    Sepatu lentur; sepatu ini bersol halus dan terbuat dari karet yang kuat, biasanya digunakan untuk tebing yang licin.           
-    Sepatu kaku; digunakan pada tebing karang yang tajam atau penuh dengan tonjolan batu. Sepatu ini biasanya digunakan untuk medan batu pasir yang licin dan cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya. Gaya tumpuan dapat tertahan pada bagian depan sepatu.

Terdapat juga jenis  sepatu untuk perjalanan yang dicirikan dengan kembangan sol yang kasar supaya mempunyai daya cengkeram di tanah sehingga tidak licin. Jenis sepatu ini biasanya disebut dengan sepatu trekking yang dibedakan atas.
-    Soft trekking; yang biasa digunakan untuk medan-medan perbukitan yang tidak curam, dicirikan dengan tinggi sepatu di bawah mata kaki.
-    Ice boot; yaitu sepatu yang biasanya digunakan untuk medan-medan es dengan kontruksi double boot (sepatu ganda) dan tempat untuk memasang crampon.
-    (True/full) trekking; digunakan untuk medan bergunung yang curam, berbatu-batu dicirikan terbuat dari bahan yang kuat atau tahan gores (kulit yang tebal) dan tinggi sepatu di atas mata kaki.
-    Jungle boot; adalah sepatu untuk perjalanan hutan belantara yang becek dan berawa-rawa, penuh lintah dan hewan sejenisnya. Kontruksi sepatu ini biasanya sangat tinggi, setinggi sepatu tentara atau lebih.
-    Sepatu caving; biasanya digunakan sepatu boot yang terbuat dari karet atau sepatu tentara.

8.  Helm

Berfungsi untuk melindungi kepala dari jatuhan batu dan benturan dengan tebing. Sebuah helm yang baik bahan untuk cangkangnya harus kuat menahan benda-benda yang tajam. Berat atau getaran benda yang jatuh harus mampu dibagi rata ke seluruh permukaan helm dan mempunyai tali/sabuk dagu.

9.  Alat belaying        

Dalam pemanjatan tebing, orang yang pertama kali memanjat disebut “Leader”, sedangkan orang kedua yang melakukan pengamanan terhadap pemanjat pertama disebut “Belayer“. Adapun alat yang digunakan untuk membelay kita dapat menggunakan beberapa macam alat seperti tali, harness/webbing, carabiner, figur of eight, dan runner (running belay) sesuai dengan tehnik pemanjatan yang digunakan.

10. Runner / stoper 


Fungsi runner adalah sebagai alat atau pengaman yang ada di tebing ( alam ) maupun alat yang dipasang sendiri oleh seorang pemanjat sebagai pengaman dalam pemanjatannya.

Adapun jenis-jenis runner yang kita kenal ada beberapa macam :
1.   Paku tebing
2.   Bong- bong
3.   Friend
4.   Chock
5.   Hexentrik
6.   Rurp
7.   Alat bantu lainnya

-    Etrier/stir up (tangga)
     Di gunakan bila route yang dilalui sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan serta adanya tebing menggantung.
-    Hammer (palu)
     Alat ini digunakan pada pemanjatan artificial, dimana seorang pemanjat apabila akan memasang piton tebing ia akan menggunakan palu ini untuk memukul masuk piton tebing tadi.
-    Handdril
-    Baut, Hanger, dan bor tebing
     Baut tebing sampai sekarang dianggap titik pengaman paling aman. Sebuah lubang di “pahatkan“ pada batuan dengan selongsong logam yang bergigi di ujungnya. Setelah dipasangi pasak pada ujungnya, selongsong tadi dipukul masuk sampai pasak memekarkan ujung selongsong, menekan permukaan dengan erat. Hanger dipasang dengan baut pada ulir dalam selongsong tadi.

III. Jenis Mountaineering


Secara garis besar mountaineering meliputi beberapa aktifitas utama yaitu :
1.   Hill walking, yang merupakan kecakapan yang paling dasar dalam pendakian gunung dan sering kita lakukan dalam pendakian di Indonesia, dimana kita harus melalui jalan setapak, melewati bukit-bukit, medan yang asing dengan jalan cukup jauh, waktu yang cukup lama. Di Indonesia lebih dikenal dengan istilah hiking.
2.   Scrambling, yaitu kegiatan pendakian gunung, dimana medan yang ada cukup sulit didaki, sehingga memerlukan tali sebagai alat bantu tetapi belum perlu alat bantu yang lain yang lebih khusus.
3.   Rock climbing, kegiatan pendakian yang harus melewati tebing-tebing batu yang terjal dimana bermacam-macam alat bantu harus digunakan untuk menaikinya.
4.   Ice and snow climbing, jenis ini dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Ice climbing meliputi teknik-teknik menaiki tebing-tebing ice dengan peralatan utama ice axe dan sepatu berpaku (nailed boots). Sedangkan snow climbing adalah pendakian pada gunung bersalju.
5.   Ekspedisi, merupakan suatu kegiatan perjalanan/pendakian dimana dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang khusus, karena waktu yang lama dan kesukaran serta pengorganisasian yang khusus.

Dari kelima aktifitas di atas, didalamnya juga termasuk :
-   Mountain camping.
-   Mountain rescue.
-   Pengetahuan navigasi, Cuaca, P3K, makanan.
-   Turun dan naik tebing.

IV. Simpul

Pada dasarnya hanya ada beberapa simpul dalam tali temali. Sebuah simpul yang baik harus sederhana, mudah diingat, mudah dibuat, kuat, tidak mudah lepas dengan sendirinya, tetapi dapat lepas bila dikehendaki, antara lain :
1.    Overhand Knot.
Bentuknya sederhana dan merupakan simpul yang paling dasar. Simpul ini biasanya digunakan pada ujung tali untuk menghentikan geseran.
2.    Simpul pita
Digunakan untuk menyambung tali pipih, biasanya digunakan dalam pembuatan sling yang sering digunakan climber dalam pemanjatan tebing sebagai penyambung ancor.
3.    Simpul Delapan
Fungsinya hampir sama dengan overhand knot. Simpul inilebih kuat dibandingkan dengan overhandknot. Ikatannyapun lebih mudah dilepas bila telah mendapat tekanan dari beban yang berat. Simpul ini dapat juga dibuat menjadi simpul delapan ganda.
4.    Two Half Hitches
Sifat simpul ini adalah menjerat. Biasanya digunakan untuk mengikat tali pada pangkal kayu.
5.    Timber Hitch
Simpul ini sifatnya juga menjerat , sesuai dengan namanya simpul ini biasanya dipakai untuk mengikat tali pada balok kayu.
6.    Clove Hitch ( Simpul Tiang )
Simpul sederhana biasanya dipakai untuk mengikat tali tenda pada pasaknya dan sangat mudah melepasnya.
8.    Simpul Kambing
Sifat simpul ini tidak menjerat. Seringkali simpul ini disebut sebagai “ratu segala simpul“, karena kegunaannya yang banyak sekali.
9.    Turbuck knot
Impul ini tidak terlalu baik pada tali yang kaku, karena kadang–kadang menjerat atau lepas sama sekali.
10.  Tautline Hitch
Simpul ini sifatnya sama dengan Turbuck knot, yaitu tidak menjerat atau mengecil bila talinya ditarik, tetapi mudah digeser–geser kalau ikatannya didorong.
11.  Simpul Nelayan
Simpul ini berguna untuk menyambung dua tali yang sama besar. Kalau tali itu basah dan licin, simpul ini bisa digandakan agar lebih aman dan kuat.
12.  Sheet Band Knot
Simpul ini biasanya digunakan dalam penyambungan dua buah tali yang tidak sama besarnya dan tali tersebut dalam keadaan basah dan licin.
13.  Simpul Prusik
Simpul ini biasanya digunakan dalam pemanjatan tebing sebagai penyambung dua ujung tali yang akan digunakan sebagai prusik berfungsi sebagai pengaman dan alat bantu naik dengan tali.
14.  Simpul Italian
Simpul ini biasanya digunakan dalam pemanjatan tebing sebagai pengaman dinamis yang memiliki kekuatan mengerem dari 300 sampai 600 kg. Selain itu juga sering disebut simpul belay.

V. Ascending

a.    Suatu tehnik yang memanfaatkan tali dan atau ascendeur fungsinya untuk memudahkan kita dalam menambah ketinggian dimana factor keamanan lebih terjamin
b.    Jenis-jenisnya :

·     Prusiking                                 : suatu tehnik naik dengan menggunakan tali prusik.
·     Jummaring                              : suatu tehnik naik dengan menggunakan jumar.
·    SRT( Singgle Rope Tehnic)  : Suatu tehnik dimana kita bisa naik dan turun dengan          menggunakan SRT set.

VI. Descending


a.    Suatu tehnik turun yang memanfaatkan tali dan gesekan tali itu sendiri fungsinya untuk memudahkan kita dalam turun/menuruni tebing dimana faktor keamanan lebih terjamin.
b.    Jenis-jenisnya :

o  Body Rappel
o  Tehnik Dufler : Tehnik ini merupakan cara paling lama (klasik), caranya sangat mudah, geserannya cukup baik, dan tidak membutuhkan alat apa-apa kecuali tali luncur. Tali luncur diselipkan diantara dua kaki, melingkarari pinggang kiri, menyilangi dada melalui bahu kanan dan ditahan tangan kiri yang fungsinya sebagai pengontrol.  Tehnik ini seringkali berguna pada saat-saat darurat, misalnya pada saat karabiner atau descendeur mendadakmacet.
o  Hasty : Hasty hanya berguna untuk tebing yang pendek dan tidak terlampau curam. Geseran pada tehnik ini dibentuk melalui tali yang melingkari tangan dan bahu, kontrol gerakan pada genggaman tangan, keseimbangan diperoleh dari posisi badan yang mirimg kearah bawah dengan kedua kaki mengkangkang secukupnya. Tapi segi keamanan kurang pada tehnik ini. 
o  Komando : Di sebut tehnik komando karena sering dipakai oleh Para Komando dan di Indonesia tehnik ini paling banyak digunakan. Caranya yaitu melilitkan tali pada karabiner sebanyak duakali lalu melewati selangkangan atau samping paha dan digenggam tangan sebagai penahan dari belakang. Tehnik ini banyak mempunyai kelemahan sehingga tidak terlalu disukai oleh kebanyakan pemanjat.
o  Brake Bar Rappel : Dua karabiner, dengan kunci terletak berlawanan, dikaitkan pada harness atau seat harness atau sling. Pada dua karabiner ini dipalangkan dua karabiner lagi dengan kunci menghadap ke bawah. Tali yang menjulur ke bawah ditahan oleh salah satu tangan, dapat juga dibuat variasi dengan menggandakan sistem geserannya. Sistem geseran ini kemudian dikembangkan dengan pembuatan descendeur khusus.

VI. TEHNIK PENAMBATAN

Suatu tehnik guna memperoleh tambatan (anchor) baik tambatan dari alam ataupun dari alat penambatan.

v Natural anchor : Tambatan/anchor yang dibuat dengan memanfaatkan atau dibuat dari alam.
v Artifisial anchor : Tambatan (anchor) yang sengaja dibuat dengan menggunakan alat penambatan. Sepenuhnya bergantung pada alat penambatan.

VII. PENUTUP

Jadi istilah mountaineering tidak terpaut pada satu kegiatan saja seperti panjat atau naik gunung ataupun kegiatan alam bebas lainnya, tetapi istilah mountaineering mencakup semua kegiatan alam bebas (out door) masuk dalam mountaineering.

di susun oleh Giri Bahama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar