Zuhud
mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1. Ia
tidak gembira dengan adanya sesuatu dan
tidak sedih dengan hilangnya sesuatu.
2. Orang
yang memujinya dan orang yang dianggapnya sama saja.
3. Ia
merasa intim dengan Tuhan dan merasa
lezat dalam mentaatinya. [1]
Zuhud
bukan meninggalkan dunia, tetapi tidak meletakkan hati padanya. Zuhud bukan
menghindari kenikmatan duniawi, tetapi tidak meletakkan nilai yang tinggi
padanya. Dan inilah definisi zuhud dari Rosulullah SAW,
“Bukanlah zuhud itu mengharamkan yang halal, bukan menyia-nyiakan harta, tetapi zuhud dalam dunia itu ialah engkau tidak
memandang apa yang ditanganmu itu lebih diandalkan dari apa yang di sisi Allah”
(Kanz Al-‘Ummal, Hadis ke 6059).
Dalam
Qur’an disebutkan, “Supaya kamu tidak bersedih karena apa yang lepas dari
tanganmu dan tidak bangga dengan apa yang diberikan kepadamu” (QS 57:23).
Dari tafsir ayat itu kita dapat dua karakteristik
orang yang zuhud,
Pertama,
“zahid tidak menggantungkan kebahagiaan hidupnya pada apa yang yang dimliknya.”
Para psikolog eksistensialis bercerita tentang dua pola hidup:pola hidup
memiliki dan pla hidup menjadi. Zuhud adalah pola menjadi. Zahid tidak
memperoleh kebahagiaan dari pemilikan. Alangkah rentannya hhidup pada berbagai
persoalan, bila hati diletakkan pada benda-benda yang memiliki.
Kedua,
“kebahagiaan seorang zahid tidak lagi terletak pada hal-hal yang material
tetapi pada tataran spiritual.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar